B A J O K A

Bajoka

Seorang ayah pergi melaut dan pulang mendapati peluru bersarang di dada anaknya.
Ia tak percaya ikan-ikan menjelma berdaging besi. Pecah hatinya, pecah perahunya.
Gelombang laut pindah ke matanya
Lalu, ia sadar daratan sudah dijajah.

Ibu mengongseng tanah pusaka
Ia tak percaya kualinya melahap seluruh tanah harapan pengganjal perut sang anak.
Sang anak meraung, namun suaranya lalu hilang ditelan semesta

Yah! Begitulah hidup, kadang tanpa mengenal akhir cerita yang ternalarkan tetapi selalu dengan kejutan penuh sensasi. Yang pasti finish itu garis di mana Sang ibu menyulap ikan-ikan menjadi menu. Sang ayah dan anaknya duduk menyertainya di besi yang sudah ditempa menjadi meja anti peluru. Menyantap ikan menjadi amunisi siap tempur.
***
"Aku butuh uang belanja, Pah!" Betty duduk bersender pada dinding bambu rumahnya—tepat di sebelah suaminya. Sang suami masih saja sibuk dengan laptopnya. Matanya gesit bergerak ke atas-bawah, ke buku-laptop. Kecepatan pertukaran itu pun tidak konsisten. Tergantung nalar yang langsung mendarat di ujung jemari atau bahkan nyangkut di antara mimpi-mimpinya yang seperti kemustahilan. Ia tak menghiraukan Sang istri. Lalu ia hanya tersenyum tipis  dan akhirnya memindahkan diksi-diksi dari buku tuanya ke dalam laptop. Buku itu adalah hasil berburu loakan dari honor menulis di surat kabar Laki the Winner.

Betty kesal. Bonvill butuh makan, bukan esensi!

"Pah! Aku akan bernyanyi di cafe punya Pak Regar saja. Aku sedih melihat Uccok, Pak. Iabutuh susu bukan esensi."
Sang istri berkata ketus.

"Terserahmu. Kamu memang bukan manusia yang sabar. Sudah kukatakan esensi akan menyelamatkan kita. Cepat atau lambat." Ia lalu melanjutkan pekerjaannya dengan fokus. Tak peduli.

Betty naik pitam. Masalahnya Uccok tidak bisa membuatnya menyanyikan  sajak-sajak cinta yang membuatnya kenyang.

Ia lalu menerobos keterbatasan ekonomi dan menaklukkan malam. Menyanyikan mars ketuaannya dan anak-anak bahagia melebihi menang lotere.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato Pembina Upacara: Pendidikan Karakter Zaman Now

Para pecundang cinta

HOTS