Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

A Biography an Artist in My Heart

A Biography an Artist in My Heart "Janganlah seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda!" Sebuah cuplikan keren untuk seorang pemilik nama lengkap Isnania dan nama pena Nurhidayatunnisa. Seorang anak gadis cantik manis berhijab nan ayu. Beliau adalah seorang tutor dalam kepenulisan. Demikian awal aku menugenalnya. Gadis ayu nan humble ini lahir di Palembang pada 10 September. Saat ini tinggal di Duri (Riau). Pun demikian tulis-menulis bukanlah hobby utamanya. Beliau menyukai dunia fotografi dan bayangkan profesinya adalah seorang staf administrasi keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Mandau. Lulusan DIII Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ini memang sungguh bertalenta bukan? Sungguh menginspirasiku untuk menjadi lebih baik tentunya.  Berikut detail akun daring yang mampu menghubungkan kita dengan beliau, blog : www.nurhidayatunnisa.com fb : Isnania ig : @isnania_nurhidayatunnisa Dalam hal dunia kepenulisan sendiri berikut ka

Enigma dan Cinta

Hukum alam mengharuskan menjadi tua. Mengalur bersama semesta meraih mimpi. Kala dera dan kerikil menjadi ujian ... membentang bagai lautan,  ku kan mengayun langkah ... melompat dengan kaki seribuku, meraih bintang kubawa pulang. Jika tanganku terluka, kan kutebas dengan kelima jariku dan pulang memeluk bintang dengan kedua tanganku berjari lima puluh.  Ah! Kau boleh mengejekku, tapi ingat! Ini, ingat ya ... sesungguhnya manusia adalah pemimpi sejati. Mabuk dan sarat ambisi dalam bilik-bilik hati. Tersulam di kedalaman jiwanya. Diungkapkan atau tidak. Termasuk kamu. Kamu tidak lebih baik dariku soal angan, ambisi dan mimpi-mimpi. Kelak! Jika bukan sekarang, saat ini, kamu akan memahami. Tetapi, perlu kamu pahami tentang rasa didengarkan dan mencintai. Tentang indahnya dirindukan dan disapa sayang.  Terlalu sulitkah menyapa demikian? Sial! Aku baru sadar, kita bahkan belum sempat bertukar rasa.  Ah! Aku mungkin salah soal menempatkan rasa, hukum aku jika demikian. Tetapi, bukankah menc

Berpihaklah

Aku kelu di batasan asa dan syukur Begitu merindukan seteguk rasa Pada nasib dan takdir Pada kasih dan karunia Mengiba sebuah pelita Penyembuh dera pemuas siksa Ah! Aku dahulu ialah dosa Aku dahulu ialah lalu Jika (pun) aku adalah sebuah kesalahan .... Beri aku sebuah jalan Penuntun pulang beradu padamu Pada kasih dan cinta tiada tara Bukankah harap selalu ada Pada nadi dan asa di dada Kurajut harap untaian doa Pada Sang pemilik jiwa Nah! Kau boleh mencerca Melabel tuduhan dan seluruh hina Tetapi netra tercipta untuk melihat Gunakanlah .... Riak-riak duka dan sepi Memang sudah menjadi diri Larik-larik syair dan puisi Mungkin tercipta terlantun sendiri Tak mengapa! Aku ikhlas Memeluk tubuh walau terbias

Korps Pegawai Republik Indonesia

Korps Pegawai Republik Indonesia, atau disingkat Korpri, adalah organisasi yang beranggotakan Aparatur Sipil Negara (ASN), pegawai BUMN, BUMD serta anak perusahaan, dan perangkat Pemerintah Desa. Meski demikian, Korpri seringkali dikaitkan dengan ASN yang tak terlepas dari kedinasan. ASN sendiri adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah, yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Korpri didirikan pada tanggal 29 November 1971 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971, untuk menghimpun seluruh Pegawai Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, Korpri berganti nama menjadi Korps Profesi Aparatur Sipil Negara Republik Indonesia pada tahun 2016. Namun, perubahan nama tidak mengubah substansi yang terkandung di dalam Korp

Rasa dan Hidup

Amukan di dada mencuat Bak mercusuar tergilas  Emosi mengucur keringat Luapan amarah tiada terbias Biluk-biluk perasaan  Bergetar oleh kecewa dan murka Sebuah rasa telah diingkari Dadanya dihadiahi sebuah lara Adakah elegi sebuah kepercayaan? Baiklah ia bercahaya Baiklah ia tersenyum Baiklah ia terberkati Semesta juga kan menari Di ujung setiap jeda Pada atma dan harapan Percayalah! Kita setia  Pada rasa dan persahabatan

Parade Keberangkatan Sirius ke Surga (Part 3)

Sekali, menjadi genius tidaklah menguntungkan, Mar! Ucapmu kala itu.  Kita kehilangan ayahmu. Dia diburu. Bahkan hingga setelah hanya jasad. Ia memiliki rahasia yang mengancam mereka. Para koruptor, petisi yang punya jalur berliku dan tersembunyi. Seketika kau terdiam. Sebuah lobang berwarna violet memutar dan sebuah benda kecil mencuat tepat di hadapan kita.  Please enter your hologram.   Kau terdiam. Ada sesak yang terlintas di wajahmu yang masih sangat menawan. Lalu sebuah benda kecil berwarna hitam menyembul di antara sebuah papan penyangga.  Enter the last coding! Kau menatapku dan mengucapkan kata "I love you Marrimar"  Chip itu terlepas. Kau mengambilnya dan sekarang ada pada leherku. Menjadi rahasia di balik mainan kalungku. Hello Kitty dengan bola dunianya.  Kini, kau terbujur kaku. Sebentar lagi kami akan mengantarkanmu ketempat peristirahatanmu. Bukannya aku tak mengerti tentang korelasi kehidupan dan kematian, cinta perpisahan dan air mata, rasa sakit dan perpisah

Tirani dan Cinta ( Episode 5)

Aku memukul jatuh seluruh penjaga dalam ruangan persembahan. Surti menyadari kehadiranku namun tak kuasa berkata-kata.  Kedua kaki dan tangannya diikat pada baja yang menyatu dengan meja persembahan. Segera ku ayun tanganku menghantam baja-baja itu. Pecah berkeping-keping. Ia memandangku kosong. Tatapannya hampa tanpa kilatan gairah yang biasa bersemayam di sana. Kuraih tangannya. Segera kualirkan chi penyembuh ke urat nadinya. Ia terkesiap. Matanya membelalak menahan kejutan bagaikan sengatan listrik bervoltase ringan namun penuh energi. Aliran tenaga dalamku menjalar menelisik jauh menyatu dengan kapiler-kapiler darahnya. Ia segera siuman.  Menyadari betapa ia begitu dirindukan,dicintai dan didambakan. Menyadari betapa ia baru saja meninggalkan kematian yang menganga memintanya untuk dipersembahkan. Tirani sebuah ambisi yang menggebu tiada berperikemanusiaan. Sang penguasa hanyalah seorang pemuja roh yang sebenarnya tiada berkuasa menggulir hitam jadi putih, menggantikan siksa menja

Tirani dan Cinta ( Episode 4)

Kedua penjaga itu melangkah kian menjauh dari perbatasan. Melewatiku hingga beberapa langkah ke belakang. Dasar bodoh! Lalu, ku terjang  mereka masing-masing dengan kedua kakiku, sekaligus. Mereka jatuh ke tanah. Berbicara aneh. Lalu saat kuda-kuda berdiri masih diatur segera kuterjang kedua tubuh itu tanpa ampun. Mereka terkulai lemah. Tafakur tak bergeming di atas tanah. Kupacu langkahku memasuki kota itu. Bangunan-bangunan beraksen britania modern berwarna gold dan putih bertabur mewah. Lampu-lampu jalan memancarkan kengerian tiada tara. Sebuah cekaman atas kota yang bagaikan kota mati. Yah! Inilah Kota Kematian.  Motif gila mendasari tuannya menciptakan ini. Mengurbankan wanita-wanita cantik untuk Sang penjaga. Katanya, itulah penopang kesempurnaan. Penopang kejayaan, walau harus bergelimang dosa.  Derap sesuatu kian mendekat. Aku kebingungan bersembunyi. Kota ini terlalu angkuh untuk sebuah persembunyian. Kupacu lariku memasuki sebuah balkon luas. Menyatu dengan dinding-dinding te

Tirani dan Cinta (Episode 3)

Gambar
Semua terasa kian mencekam. Hutan yang angkuh dan seolah menghantuiku lewat jalinan belukar yang beronak duri, dedaunan yang berkelebat mempertontonkan sebuah parade kesunyian tiada mengenal sebuah kebersaman. Bukan dengan kedatanganku. Sang pohon terdiam dalam sembilu. Hutan tak lebih dari sebuah kutukan masa lalu yang akan terus memutar menyaksikan parade sakramen upacara penyerahan dan pemujaan pada Sang penjaga. Kata mereka. Persetan dengan itu.  Akan kutunjukkan bahwa Penjaga bukanlah Tuhan.  Aku tau, aku hampir tiba. burung-burung hantu bertebaran kian tebal. Berbondong-bondong mencari suaka. Mereka butuh kehangatan, sebuah rumah untuk menunjukkan dunia tidak soal berjaga sepanjang malam dan mengabdi pada semesta dengan menjadi pejuang-pejuang malam tanpa penghargaan—cinta dan kehangatan.  Aku menerobos hutan kian jauh. Melewati kawanan burung hantu tanpa gentar. Mereka terdiam. Memandang angkuh dan aku tau mereka adalah mata-mata di pinggiran kawasan yang harus kutemb