Selaksa Doa untuk Buah Hatiku

Selaksa Doa untuk ananda

By: Erlina Siahaan

  Aku berjalan memasuki halaman sekolah tempatku mengajar dengan lega. Ketiga buah hatiku sudah kuantarkan ke sekolah tempat mereka manimba ilmu—dekat dengan tempat kerjaku. Aku tersenyum sembari menempelkan jempolku pada mesin finger print. Hari ini akan melegakan, pasti! Aku menutup mata menarik nafasku dengan teratur dan menghempaskannya dengan lega.

   Aku lalu melangkah ke kantor guru dan melihat rekan-rekanku di sana. Saling bercerita, ada yang bersolek dengan kaca tua yang terpampang di dinding. Ada yang saling berbisik asik cerita berdua. Lalu, aku masihberdiri di ambang pintu. Merasa sendiri dan tiba-tiba jiwaku ciut. Ke mana aku harus bergabung untuk di sapa dan disambut ramah? Lalu, kukalahkann iblis nakal dalam diriku. Melangkah pasti ke dalam kantor. “pagi semua!” Aku menyapa riang. Lalu suara merdu menyahut salamku. “gimana kasusmu, sayang?” seorang rekan seumuran ibuku menyapa mesra. “ hampir rampung bu!” “baguslah. Kami senang kamu bisa semangat menjalaninya. Bahkan ceria le sekolah. Semangat ya! Ingat, anak-anak butuh ibu yang tegar!” aku terhenyak bahagia. Hei, mengapa ketakutan yang berlebihan bersarang di dadaku? Aku merasa harus berdamai dengan jiwaku. Tentang misi hidup yang harus diemban. Singel parent bukan aib. Singel parent bukan dosa. Jika wanita dititiskan jadi ibu. Bentuk pengabdian sepanjang masa kepada semesta, bukankah ia harus bisa menikmati lelapnya malam? Jika Sang ibu jadi penuntun dalam hidup, lalu haruskah hidup dikorbankan pada kelaliman? Kurasa Sang hidup pun akan murka.

Siang itu, aku memasuki sekolah anak-anakku

Melihatku mereka berlari, ceria dan berseri. Melaporkan harinya di sekolah dan mencium ceria punggung tanganku. Dadaku terasa lebar dan bebanku terasa dibuang. Matahariku, besarlah! Kan kuajari kau tentang kasih. Tentang cita dan etika lalu kudendangkan dengan abdiku. Mengertilah anakku, ada hal-hal yang terjadi bahkan ibupun sulit menerima. Tetapi, sepanjang asa menyertai, syukur menemani dan hidup masih mengiring. Percayalah, ibu akan selalu ada sepanjang masa.

Pematangsiantar, 23 September 2019

Komentar

  1. moga buah hati terus tumbuh besar dalam rasa sayang dan menyayangi.

    BalasHapus
  2. Aku adalah org yg tdak merasakan bahaimana seorang ibu itu.
    Krna baca ini 😭 jdi gmana gitu

    BalasHapus
  3. Masha Alah, semangat kak. Semoga anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang saleh dan salehah

    BalasHapus
  4. Mbak Erlin, kita sebuku lho di Project Menulis Sila xixixi.

    Btw, aku cuma mau mengoreksi sedikit salah ketik nih, Mbak.

    "Napas" atau "nafas"?
    "Di sapa" atau "disapa"?
    ❤❤

    BalasHapus
  5. Ini mah udah lancar nulisnya .hehe.

    Walaupun begitu, aku Nemu 2 typo Kak.

    1. Le sekolah?
    2. Kukalahkann?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato Pembina Upacara: Pendidikan Karakter Zaman Now

Para pecundang cinta

HOTS