Tirani dan Cinta (Episode 2)



Aku terus memacu lariku. Hingga aku mendengar suara itu. Suara yang membuatku semakin tegang. Jangan sampai aku tertangkap. Jangan sampai chip ini direbut. Aku bisa kehilangan Surti. Tidak itu mustahil. 

Langkahku terhenti. Aku tiba di penghujung hutan sebelah barat pulau ini. Sebuah sungai. Sungai selebar 100 meter. Arusnya sangat deras. Permukaannya beriak ganas. Meminta apa saja segera terjatuh dan ia siap menggulumnya dalam riak-riak yang ditimbulkan kecuraman dan bebatuan besar yang tidak pernah goyah menyertai aliran derasnya. 

Aku memutar engsel kakiku 360 derajat hingga badanku kurasakan melayang bagai kapas.Imaji. Surti menyambutku dengan gaun mini peach tanpa lengan kesukaanku. Ia cantik memakainya. Ia mampu memblokade seluruh aktifitas lain yang harus kusiapkan. Ia memang mampu menstimulus irama erotis padaku tanpa harus berbuat lebih. Gaun peach pemberian. Samar-samar sinar pada gaun peach itu memburam, menghitam lalu akhirnya menghilang. Aku kian terbang. Melesat bagai anak panah. Bagai cahaya yang menembus batas ruang dan waktu. Aku terkesiap. Surti memang sudah terlalu lama tidak menyuguhiku secangkir kopi latte yang dipadu madu dan gula aren. Rangsang aromanya saat masih diramu di dapur mampu membuatku menggeliat bagai dicumbu. Kopi yang mampu melumasi seluruh sarafku dengan relaksasi maksimal. Senyumku sumringah kala ia menyuguhiku, aku menyeduhnya dan aku kian terbang. Melayang dan melesat.  Ini waktunya. Aku melayang ke atas. Melesat kian ke timur. Melintasi sungai. 

Huup
Aku mendarat dengan ringan dan bayangan Surti mengenakan gaun peach pemberianku menguap bersama suara-suara penghuni hutan di malam yang kian larut. 

Hutan dalam. Aku memasuki daerah hutan dalam. Kawasan terlarang yang hampir tak pernah dimasuki oleh para pemburu, dinas kehutanan, penebang liar, buronan, teroris, pembunuh yang ingin menghilangkan jejak, bahkan masyarakat setempat sekalipun. Mereka terkenal sebagai pemburu handal. Penakluk hutan. Tetapi bukan hutan dalam. Banyak misteri dan keanehan yang terjadi di sana. Hutan yang haus akan darah. Mereka menjulukinya demikian. 

Aku tidak punya pilihan. Surti ada di tengah hutan ini. Entah di mana letaknya. Hutan yang dijadikan brutal dan penuh misteri oleh kelaliman mereka. Mereka, yang masih terus mengejarku dari delapan penjuru semesta. Aku sigap bergerak. Kian gesit. Mataku makin mawas dan semua jelas terlihat. Tetapi Surti masih saja tersembunyi. Jangan sampai pagi menjelma. Surti bisa mati! 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato Pembina Upacara: Pendidikan Karakter Zaman Now

Para pecundang cinta

HOTS